Header Ads Widget

Wamena, Kota dengan Banyak Nama dan Julukan (1)

Wamena, kota dengan banyak nama, kota dengan aneka julukan, kota dengan sejuta fenomena: nama lokal, nama regional, nama nasional, nama dunia; fenomena lokal, regional, internasional. Wamena menjadi kota dengan sejuta nama dan fenomena.

Wamena secara sosial di mata dunia dilihat sebagai sebuah kampung kecil di pulau New Guinea yang dihuni oleh manusia zaman batu, di mana manusianya baru saja meninggalkan kebiasaan memakan orang lain (kabibalisme) dan kini memasuki era modern dengan berbagai fenomena yang menarik.

Fenomena pertama ialah pertemuan antara orang Wamena yang satu dengan orang Wamena yang lain, antara marga dan suku yang satu dengan suku dan marga yang lain, yang dulunya tidak pernah terjadi secara terbukan dan secara masal. Dulunya hanya petugas pembawa berita (messengers) dan para kepala Suku yang saling mengenal nama dan muka dari antara suku-suku dan marga yang ada di pegunungan Tengah Tanah Papua. Sekarang siapa saja saling mengenal, saling menyapa, dan bahkan saling kawin-mengawini, malahan ada yang sudah pindah dan menetap di mana saja di seluruh pegunungan Tengah, bahkan di seluruh Tanah Papua.

Fenomena kedua ialah pertemuan antara masyarakat Melayu dari Indonesia dengan masyarakat Melanesia dari Tanah Papua yang berasal dari suku-suku lain. Dulu orang Papua tidak pernah kenal kalau ada manusia lain di luar sana. Batas langit ialah sejauh mata memandang dan sejauh gunung-gunung menutupi Bumi, sejauh itulah kehidupan. Tidak pernah diketahui kalau ada orang Sentani, orang Biak, orang Serui, apalagi orang Jawa sama sekali tidak dikenal. Tetapi ada cerita-cerita penggalan yang pernah dipegang oleh para Kepala Suku. Penggalan cerita itu misalnya ada manusia lain di luar sana, yang rambutnya seperti bulu burung kasuari (maksudnya tidak keriting tetapi lurus), dan kulitnya terang dan matanya biru-biru dan di kepalanya selalu ber-atap layar (topi).

Dengan dasar cerita ini orang Kepala Suku di wilayah Koteka (pegunungan Tengah Papua) tidak kaget melihat orang asing datang. Mereka justru melakukan "konfirmasi" dan pembenaran atas cerita nenek-moyang tentang manusia lain di luar sana.

Cukup dua fenomena dulu, agar tidak kehabisan.

Wamena juga dikenal sebagai kota peradaban orang gunung Papua. Memang begitu karena pembangunan di seluruh wilayah pegunungan Tengah Papua dilakukan mulai dari Wamena. Baik pembangunan rohani maupun pembangunan jasmani diawali dari Wamena. (bersambung...)

Post a Comment

0 Comments